Selasa, 18 Juni 2013

Apakah Brosur Cetak Masih Dibutuhkan di Era Digital?

Untuk cara order dan pricelist, silahkan klik disini  

Produk-produk desain kami (klik di nama produk): Logo | Brosur | Company Profile | Cover buku | Stationary | Kemasan Produk | Tshirt | Banner | Poster | Kalender dinding | Map.    

Baca juga : Tentang Kami | Keunggulan Kami | Testimoni & Klien Kami | Kontak Kami | Tips-tips, Artikel, & Konsultasi Desain | Cara Order dan Pricelist | On Progress Project 
_____________________________________________________________________________



Penulis : Admin

Sekitar 6 tahun lalu, ketika saya silaturrahim ke seorang sahabat satu SMA, dia bertanya kepada saya, kenapa kamu menggeluti dunia bisnis yang akan tergerus oleh dunia digital? Bukankah semua sekarang sudah mengarah ke digital? Begitu kira-kira intisari pertanyaan dia. Beliau adalah lulusan Fakultas Imu Komputer Universitas Indonesia dan kini menjadi seorang programmer, bekerja di Dubai dengan bayaran yang aduhai.... :)


Saya tak dapat menjawab pertanyaan beliau kala itu....

Tahun 2012 adalah tahun terakhir Newsweek terbit dalam bentuk cetak dan positif  beralih total ke bentuk online... Beberapa media cetak nasional "kabarnya" juga mulai megap-megap... Apakah ini pertanda "berakhirnya" dunia cetak-mencetak?


Alhamdulillah beberapa tahun lalu saya dapat sedikit pencerahan atas pertanyaan yang tidak terjawab selama bertahun-tahun itu. Seorang dosen DKV yang juga "tokoh" desain komunikasi visual (setidaknya menurut saya) menjawab mention saya dengan mengatakan bahwa "mata manusia lebih nyaman dengan format CMYK daripada RGB". Begitu saja sih jawaban si ibu tersebut di twitternya.


Lalu tiba-tiba saya jadi inget sedikit-sedikit pelajaran fisika zaman dulu. Layar monitor (entah itu TV, komputer, HP, dll) dihasilkan dari elektron yang bergerak cepat. Saking cepatnya, kita tak bisa melihat vibrasi tersebut. Kecuali kalau monitor kita sudah mulai error dan harus di LEM BIRU (Lempar Beli yang Baru). kelihatan sedikit-sedikit deh vibrasi tersebut.


Kita mungkin tak begitu sadar efek tersebut. Namun mata kita sendiri tidak bisa dibohongi. Mata kita sebenarnya sadar akan vibrasi tersebut. Nggak percaya? Pernahkah merasa "mata kita kelelahan" setelah berlama-lama di depan monitor? Nah itu salah satu tandanya.


Apakah membaca buku, surat kabar, majalah, brosur, dll tidak menimbulkan kelelahan? Ya bisa juga, tetapi itu biasanya lebih karena faktor biologis kita dimana kesalahan kita dalam mengatur jarak pandang yang menyebabkan kontraksi mata tidak ideal. Materialnya sendiri tidak menyebabkan kelelahan tersebut.


Nah ini mungkin salah satu alasan mengapa sampai kapan pun (insya Allah) dunia cetak-mencetak tidak akan mati... Insya Allah... Secanggih apa pun gadget masa depan, kita tetap akan butuh media komunikasi visual 2 dimensi cetak. Untuk berbagai kebutuhan.


Bagaimana dengan brosur? Masih relevan kah? Bukan kah sekarang kita tinggal promosi via online, lalu selesai? Semua orang akan dapat informasi yang dibutuhkan. Ya benar juga sih. Tetapi nyatanya, kebutuhan akan brosur di lapangan hingga tulisan ini ditulis masih tinggi.

Katakanlah misalnya kita sedang mengadakan pameran, Kita kan nggak mungkin bilang ke setiap pengunjung yang datang, ibu/bapak buka saja di www.zzzz.com semua sudah ada informasinya di situ. Di tengah suasana riuh-rendah pengunjung, dia harus buka smarphone-nya, belum lagi masalah jaringannya, dan belum lagi loadingnya, dll. Lagi pula memangnya dia butuh sekali apa nggak informasi tersebut... Masa prospek pembeli disuruh-suruh hehehe. Mau nggak mau sebaiknya kita kasih dia "sesuatu", brosur misalnya kepada pengunjung tersebut.


Begitu juga di toko, atau di tempat lain ketika kita sedang memasarkan. Benda mungil sebesar A4/A5 itu mau nggak mau dibutuhkan untuk berbagai kebutuhan, mulai dari memberikan informasi, sekedar awareness atau bahkan meyakinkan agar terjadi pembelian.


Ada juga yang bilang, brosur-brosur itu paling "hanya" dikumpulkan calon konsumen lalu dibuang atau ya disimpan untuk tidak dibaca lagi. Akhirnya jadi "sampah". Menanggapi hal tersebut kita bisa bilang, kalau brosur sudah di tangan konsumen dan brosur tersebut tidak bisa "jualan sendiri", ya itu salah si brand ownernya... Mengapa kesempatan terbaik untuk meyakinkan itu hilang begitu saja. Padahal konsumen mau ambil saja sudah bagus. Belum lagi kalau bicara biaya produksi brosur tersebut.


Ada banyak faktor yang menyebabkan sang brosur menjadi tidak efektif. Bisa jadi karena desainnya, materialnya, atau alur informasi di dalamnya yang tidak bisa menarik perhatian, atau ya yang terakhir, karena salah segmen.... Adalah tugas bagi kita sebagai brand owner untuk mengupayakan agar brosur tersebut bisa "jualan". Bagaimana pun investasi kita dalam pengadaan brosur itu harus bisa dipertanggungjawabkan. Jadi jangan sampai membuat brosur hanya sekedar ada saja, persiapkan sebaik-baiknya.


Era digital adalah sebuah kemajuan yang luar biasa. Tetapi insya Allah, kita tetap butuh beberapa marketing tools cetak, seperti brosur tersebut untuk membantu pemasaran. Sebab ini masih menjadi kebutuhan promosi penjualan, paling tidak dalam beberapa tahun ke depan. Tinggal bagaimana kita sebagai brand owner mengolahnya dengan baik.

Butuh Desain Company Profile Profesional? 
Klik >> Disini !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar