Jumat, 26 Juli 2013

Peduli pada Kesempurnaan dan Pengusaha Koboy

Untuk cara order dan pricelist, silahkan klik disini  
Produk-produk desain kami (klik di nama produk): Logo | Brosur | Company Profile | Cover buku | Stationary | Kemasan Produk | Tshirt | Banner | Poster | Kalender dinding | Map | Layanan Premium  
___________________________________________________________________________

Penulis : admin

A: "Udah mandi belum lo?"
Z : ""Udeh tadi, mandi koboy, aje"

Company Profile Simple Studio Indonesia. 
Peduli pada desain, peduli pada kualitas, 
peduli pada 
kesempurnaan
Masih inget masa lalu... Kita biasa menggunakan istilah "mandi koboy", untuk menunjukkan "mandi express", maksudnya cuma cuci muka + basahin rambut. Sekilas orang yang mandi koboy ini "terlihat sama" dengan yang mandi beneran. Sama-sama mukanya segar, sama-sama "klimis", tetapi apa bener sama? Hmmm... tergantung ketelitian kita...

Dulu saya bingung, kalau ada yang bilang, "kenapa saya harus buat desain bagus-bagus? Yang ini saja sudah bisa menghasilkan sales kok?

hehehe iya, bener juga ya, buat apa?

Ternyata jawabannya sederhana tapi "visioner", karena kita peduli pada kesempurnaan, pada kualitas. Dan ini tidak hanya berpengaruh pada efek komunikasi (yang lebih bagus) tetapi juga pada keberhasilan keseluruhan bisnis itu sendiri secara jangka panjang.

Musim mudik, biasanya sebagian kita akan melewati jalan tol Kanci-Brebes (dulu Tol Bakrie namanya). Entah sekarang bagaimana, tetapi beberapa bulan lalu dan lebaran sebelumnya, banyak "tambalan" di jalan tersebut. Kalau di jalan "biasa" bukan jalan tol, apalagi di Jakarta yang kecepatan jalan kita kadang "mendekati nol" karena macet, tambalan-tambalan halus tersebut tidak akan terasa. Tetapi kalau di jalan tol dimana kecepatan kita minimal saja sudah 80 km/jam, bahkan ada yang 140 km/jam (atau lebih), sedikit tambalan di jalan akan mengguncangkan kendaraan.

Sebuah produsen mobil mewah pasti akan sangat perhatian pada detil. Tidak hanya sekedar menyelesaikan sebuah bentuk mobil yang terlihat "utuh" dengan bantuk yang aerodinamis. Tetapi setiap komponennya, dashboard, roda, kaca depan, spion, sampai dengan detil di tiap mesin akan dibuat secara teliti dan melewati QC tertentu demi kesempurnaan hasil secara keseluruhan. Jadi ketika kita "zooming" di salah satu titik, tetap akan terlihat kesempurnaannya.

Demikian pula dengan masalah desain, utamanya desain identitas dan marketing tools seperti logo, stationary, company profile, brosur, kemasan, banner, dll harusnya diperhatikan dengan lebih serius. Peduli kepada kualitas desain identitas dan marketing tools adalah salah satu pembuktian profesionalisme kita dalam menjalankan bisnis. Sebab salah satu definisi profesional adalah : commitment to quality.

Desain ini adalah bagian dari strategi marketing dan branding produk/perusahaan kita. Memang sekilas peranannya tidak terlihat besar seperti misalnya produksi, atau sales, atau yang lainnya. Ia "terlihat" hanya sebagai bagian kecil aktivitas promosi, marketing atau branding. Namun "sialnya", bagian yang diremehkan
segelintir orang ini justru berada di"muka", dibagian paling depan, berhadapan langsung dengan klien atau konsumen kita. Dia lah "muka dan pakaian" dari produk/jasa atau perusahaan kita. Bayangkan anda masuk ke hotel, datang ke acara resmi atau sekedar berjalan di mall, lalu anda menggunakan pakaian yang kumuh, kotor, dan berbau. Apa yang ada dibenak orang-orang yang melihat kita?

Tengoklah masalah kemasan, bukankah dia terliebih dahulu yang akan berhadapan dengan konsumen sebelum mereka mencoba isinya? Company profile, bukankah dia terlebih dahulu yang maju sebelum konsumen membeli produk/menggunakan jasa kita? Demikian juga brosur, poster, banner, bahkan logo.
Sama seperti kasus jalan tol dan mobil di atas, ketika desain ini tidak ditangani dengan serius, maka akan selalu ada yang terasa "kurang" dari keseluruhan strategi marketing & branding kita yang mungkin sudah sangat "wah" tersebut.

Ada contoh sederhana. Seorang sahabat kemarin datang ke kantor kami dan bertanya-tanya soal harga desain company profile dan brosur. Alasannya, dia punya sahabat yang punya bisnis material fiber dan sahabat satunya punya bisnis perumahan. Keduanya sepertinya merupakan bisnis "kelas kakap". Untuk yang perumahan saja asetnya lebih dari 500milyar, dan harga produknya sekitar 500juta rupiah. Namun company profile dan brosur kedua temannya itu terlihat "sangat menyedihkan". Sangat tidak relevan dengan mahalnya produk yang mereka jual.

Inilah yang kadang kurang disadari oleh para pebisnis dan marketer. Mereka menyerahkan sepenuhnya masalah desain ini pada vendor percetakan. Alhamdulillah kalau si vendor punya desainer yang bagus yang mengerti konsep-konsep desain komunikasi visual, tetapi kalau tidak, hasilnya justru inefisiensi.

Buat yang memahami pentingnya masalah persepsi ini, akan terlihat sangat aneh, jika seseorang menjual produk dengan kisaran harga 300-500juta rupiah, namun "pelit" mengeluarkan budget beberapa juta atau beberapa belas juta untuk menangani semua masalah desain ini agar terlihat profesional. Padahal ini semua justru demi kepentingan kesuksesan penjualan secara umum.

Hal yang menjadi ironi adalah, bahwa ketika si pebisnis itu begitu "royalnya" mengeluarkan uang demi gaya hidup dan penampilan pribadinya, beli laptop canggih, smartphone, komputer tablet, sampai hal-hal lain. Namun begitu "perhitungannya" ketika harus membayar lebih bagi "penampilan" produk / perusahaannya. Semuanya seakan harus terhitung dan terkonversi dengan sales jangka pendek, harus ada angka yang dihasilkannya. Padahal desain, branding adalah investasi jangka panjang. Bisa saja diukur, tetapi satuan waktunya harus diperluas, setahun, dua tahun atau bahkan 5 tahun.

Kalau semua harus ada konversi pada setiap titik investasi dalam desain, maka sama saja kita mengatakan bahwa harus ada hitungan sales yang didapat misalnya, dari pemasangan billboard-billboard para operator seluler di jalan-jalan. Artinya setiap billboard itu harus punya konversi sales. Belum lagi kita memperhitungkan POS materials yang lain seperti flyer, brosur, flag chain, dll... Tentu cara pandang ini menjadi sangat berlebihan. Padahal jika kita tidak all out melakukan effort itu, bagaimana orang bisa tahu produk kita, aware terhadap keberadaannya, dan membuat mereka mau membeli serta melakukan repeat order.

Soal harga desain memang kadang menjadi "masalah". Namun jika ditilik, beberapa pebisnis yang sudah bisa naik mobil kelas menengah, atau bahkan mobil mewah, maka sebenarnya itu hanya masalah mindset tentang perlu-tidaknya desain profesional itu bagi tampilan bisnis dia.

Sudah menjadi rahasia umum, bahwa sebagian pebisnis, tidak membudgetkan secara khusus masalah desain komunikasi visual ini saat mereka memulai bisnis atau merejuvenasi bisnis. Perhitungan-perhitungan yang ada sifatnya standar, mulai dari pembelian mesin produksi, sewa tempat, gaji karyawan, dll. Paling banter hanya memasukan busget "pembuatan/pencetakan" marketing tools. Untuk desain, jarang yang membudgetkannya secara khusus, padahal justru "mereka" yang akan berada di garda terdepan berhadapan dengan klien.

Sahabat saya yang datang kemarin itu, akhirnya memahami kenapa desain itu sedemikian pentingnya bagi sebuah bisnis. Hanya sayangnya, katanya tak semua orang bisa "memahami" hal ini. Dia juga mempertanyakan, memangnya dimana dia bisa dapatkan pencerahan-pencerahan seperti ini? Jujur saja, kadang media-media desain grafis sendiri terlihat seperti eksklusif milik desainer dan mereka yang punya passion disana. Dan terasa "asing" bagi orang lain. Padahal, kalau boleh klaim, bagi mereka yang mau bisnisnya jangka panjang, ini sudah masuk kebutuhan sekunder, bahkan primer, bukan lagi tersier.

Menurut beliau, perlu ada sosialisasi-sosialisasi atau edukasi khusus kepada banyak para pebisnis agar semakin memahami fungsi dan peranan desain untuk membantu bisnis mereka. Agar semakin sedikit pebisnis yang menyampaikan "dengan ini saja saya sudah kaya, lalu kenapa saya harus mempercantik desain marketing tools kami?"

Saya pribadi pernah dapat masukan, selain harus mengedukasi pasar UKM, juga harus "menurunkan" sedikit bahasa yang digunakan agar secara umum pebisnis memahami pentingnya  masalah desain ini. Sebab kalau bahasanya terlalu tinggi, mungkin hanya mereka yang memiliki passion di bidang ini saja yang mengerti.
Kembali ke masalah awal, bahwa desain itu penting. Ia adalah citra/image perusahaan/produk kita. Image tersebut yang akan membentuk persepsi konsumen. Persepsi tersebut yang akan menentukan apakah produk/jasa/perusahaan kita "layal dipercaya" atau tidak. Dan hal terakhir ini, salah satu yang akan menentukan pembelian dan pembelian ulang (repeat order).

Pebisnis yang peduli pada desain identitas dan marketing tools-nya adalah pebisnis yang peduli pada kesempurnaan. Karakter ini-lah yang insya Allah akan membuat bisnisnya lebih sustain dalam jangka penjang...

Jadi, dia nggak akan jadi pengusaha "Koboy" yang bisnisnya terlihat sempurna dari jauh, tetapi ketika kita zooming, banyak kekurangannya. Salah satunya karena mandinya cuma cuci muka dan basahin rambut :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar